Sheikh Hasina, PM Bangladesh: Dari Ikon Prodemokrasi ke Otoriter
Sheikh Hasina Wazed, putri dari pendiri sekaligus presiden pertama microgaming Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, adalah tokoh sentral dalam sejarah politik modern negaranya. Karier politik Hasina bermula dari peranannya sebagai aktivis mahasiswa di Universitas Dhaka pada akhir 1960-an, di mana ia kerap menjadi penghubung politik bagi ayahnya yang saat itu dipenjara oleh pemerintah Pakistan5. Namun, perjalanan hidupnya berubah drastis setelah tragedi pembunuhan ayah, ibu, dan tiga saudara laki-lakinya dalam kudeta militer 1975. Hasina yang saat itu berada di luar negeri pun harus menjalani hidup dalam pengasingan selama enam tahun sebelum kembali ke Bangladesh dan mengambil alih kepemimpinan Partai Liga Awami, warisan sang ayah5.
Dari Penyelamat Demokrasi ke Kursi Perdana Menteri
Hasina mulai dikenal luas sebagai ikon prodemokrasi ketika ia bersekutu dengan Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) untuk menumbangkan rezim militer Letnan Jenderal Hussain Mohammad Ershad pada awal 1990-an. Gerakan rakyat yang dipelopori Hasina dan Zia berhasil memaksa Ershad mundur pada 1990, membuka jalan bagi pemulihan demokrasi di Bangladesh56.
Pada 1996, Hasina untuk pertama kalinya menjabat sebagai perdana menteri setelah Liga Awami memenangkan pemilu. Meski hanya bertahan hingga 2001, ia kembali berkuasa pada 2009 dan terus memimpin hingga pengunduran dirinya pada Agustus 2024, menjadikannya perdana menteri terlama dalam sejarah Bangladesh dengan total masa jabatan hampir tiga dekade156.
Prestasi dan Transformasi Ekonomi
Selama masa pemerintahannya, Hasina dipuji karena berhasil mengangkat perekonomian Bangladesh. Di bawah kepemimpinannya, negara ini mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil, penurunan angka kemiskinan, serta kemajuan di bidang kesehatan dan pendidikan. Reformasi di sektor tekstil dan ekspor juga membuat Bangladesh menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Selatan612.
Menuju Otoritarianisme
Namun, seiring waktu, kepemimpinan Hasina semakin banyak menuai kritik. Tuduhan korupsi, kolusi, dan nepotisme mewarnai pemerintahannya. Hasina juga dituduh menggunakan aparat keamanan untuk menekan lawan politik, membungkam media, serta melakukan penangkapan bermotif politik dan penghilangan paksa terhadap para aktivis dan oposisi6812. Pemerintahannya dianggap semakin otoriter, terutama setelah pemilu 2024 yang diboikot oposisi dan dinilai penuh kecurangan12.
Seruan “Sheikh Hasina adalah seorang diktator!” menjadi slogan generasi muda Bangladesh yang muak dengan represi dan ketidakadilan. Demonstrasi besar-besaran meletus pada pertengahan 2024, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap sistem kuota pekerjaan pemerintah yang dianggap diskriminatif. Protes ini berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah yang menuntut pengunduran diri Hasina81011.
Kejatuhan Sang Pemimpin
Puncak krisis terjadi pada awal Agustus 2024, ketika bentrokan antara demonstran dan aparat menewaskan hampir 100 orang hanya dalam satu hari. Hasina akhirnya memilih mundur dan melarikan diri ke India menggunakan helikopter militer, meninggalkan istana yang diserbu dan dijarah massa5711. Militer Bangladesh kemudian mengambil alih pemerintahan sementara, sementara rakyat merayakan berakhirnya era Hasina dengan menghancurkan simbol-simbol kekuasaannya27.
Warisan dan Tantangan Bangsa
Warisan Sheikh Hasina adalah paradoks: ia dikenang sebagai penyelamat demokrasi sekaligus pemimpin otoriter yang mengekang kebebasan sipil. Di satu sisi, ia berhasil membawa Bangladesh keluar dari kemiskinan dan ketidakstabilan ekonomi. Namun di sisi lain, pemerintahannya meninggalkan luka mendalam akibat represi dan pelanggaran HAM612.
Bangladesh kini menghadapi tantangan besar: mengisi kekosongan kekuasaan, menata kembali sistem politik yang demokratis, serta memastikan keadilan bagi korban kekerasan politik. Masa depan negara ini akan sangat ditentukan oleh kemampuan rakyat dan pemimpinnya untuk belajar dari sejarah-termasuk dari perjalanan Sheikh Hasina, sang ikon prodemokrasi yang akhirnya terjerembab dalam jebakan otoritarianisme.
Escribe un Comentario
Lo siento, debes estar conectado para publicar un comentario.